LAPORAN PRAKTIKUM
KAJIAN IPA SEKOLAH 1
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Pendidikan IPA E 2021
Aisha Ara Sukmaliana (21312244061)
Aghna Jadaroh Aulay (21312244070)
Alisa Ufi Padmarani (21312244067)
Asni Zuhriyanti (21312244064)
Aulia Nur Rahmadhani (21312244068)
Rei Fadyanita Azzahra (21312244074)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
JUDUL
Klasifikasi Makhluk Hidup : Pengelompokan tumbuhan berdasarkan respon terhadap sentuhan, cahaya matahari, dan benda padat (gerak tropisme)
TUJUAN
Mengetahui jenis gerak pada tumbuhan.
Mengetahui respon tumbuhan putri malu, krokot, petai cina, telang terhadap sentuhan, cahaya matahari, dan benda padat (gerak tropisme).
Mengetahui klasifikasi tumbuhan berdasarkan respon dari masing-masing tumbuhan.
DASAR TEORI
Gerakan merupakan salah satu ciri organisme yang merupakan aktivitas organisme tersebut. Tumbuhan juga bergerak, tetapi gerakan tumbuhan berbeda dengan hewan dan manusia. Pergerakan tumbuhan sangat terbatas dan biasanya tidak bergerak (kecuali yang bersel satu). Gerakan hanya dilakukan oleh beberapa bagian, seperti ujung tunas, ujung akar atau bagian daun. Pergerakan tumbuhan dapat diamati saat tumbuh ke arah tertentu. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh. Jika pada hewan rangsang disalurkan melalui saraf, maka pada tumbuhan rangsang disalurkan melalui benang plasma (plasmodesma) yang masuk ke dalam sel melalui dinding yang disebut noktah (Salisbury dan Ross, 1995)
Misalnya, jika Anda menusuk tongkat atau ranting di dekat mentimun atau tanaman merambat lainnya, setelah beberapa saat, mentimun atau tanaman merambat lainnya akan memutar cabang. Gerakan pada tumbuhan bersifat pasif dan ini merupakan respon terhadap rangsangan lingkungan dan pertumbuhan (Kadaryanto, 2000).
Arah gerak tumbuhan ditentukan oleh stimulus (mendekati atau menjauhi stimulus) dan ada yang bukan oleh stimulus (Ferdinand, 2003). Suatu organisme mampu menerima rangsang yang disebut iritabilitas, dan mampu pula menanggapi rangsang tersebut. Salah satu bentuk tanggapan yang umum adalah berupa gerak. Gerak berupa perubahan posisi tubuh atau perpindahan yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh. Jika pada hewan rangsang disalurkan melalui saraf, maka pada tumbuhan rangsang disalurkan melalui benang plasma (plasmodesmata) yang masuk ke dalam sel melalui dinding yang disebut noktah (Prawinata, 1981).
Gerak tumbuhan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu retikulum endonom, gerak higroskopis dan gerak esionom, tergantung dari sumber eksitasinya. Gerak endonom adalah gerak spontan tumbuhan yang tidak disebabkan oleh rangsangan dari luar seperti gerak sitoplasmik. Gerak aliran higroskopis adalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh perubahan kadar air tumbuhan tersebut. Misalnya, gerakan kulit kacang polong sampai bijinya dikeluarkan. Gerak esionom adalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan dari luar. Pergerakan tumbuhan yang tergolong hipersensitivitas dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu tropis, taksis, dan nasti. Ada beberapa jenis tumbuhan yang melakukan gerakan nasti, yaitu Mirabilis jalapa dan Portulaca grandiflora (Octavia, 2021).
Pergerakan tumbuhan terutama dipengaruhi oleh rangsangan cahaya (fotonasti). Bunga yang terkena rangsang cahaya (fotomonasti) antara lain bunga pukul Empat (Mirabilis jalapa) dan bunga pukul Sembilan (Portulaca sp) (Octavia, 2021).
Pengelompokan organisme menurut para ahli biologi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu taksonomi, sistematika dan klasifikasi (Desiani dkk, 2016: 272). Proses klasifikasi makhluk hidup atau taksonomi dimulai dengan mengelompokkan beberapa individu yang memiliki persamaan ciri ke dalam satu kelompok. Kelompok-kelompok yang terbentuk dari hasil pengklasifikasian makhluk hidup tersebut disebut takson. Takson pada tingkat yang lebih rendah memiliki persamaan sifat dan ciri yang lebih banyak, sedangkan takson pada tingkat yang lebih tinggi memiliki persamaan sifat dan ciri yang lebih sedikit. Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup (Rudyshyn & Samilyk, 2015 dalam Desiani dkk, 2016: 272).
Putri Malu
Tanaman Putri malu atau tanaman yang memiliki nama latin Mimosa Pudica Linn merupakan tanaman yang tumbuh liar dan melimpah di negara Indonesia. Tanaman putri malu juga memiliki sinonim nama latin yaitu Mimosa Asperata Blanco. Mimosa Pudica Linn berasal dari kata mimic yang memiliki arti daun yang sensitif dan pudica yang bermakna malu, menyusut, dan mengundurkan diri. Karena habitat tanaman yang dapat tumbuh di berbagai tempat maka terdapat nama-nama berbeda di masing-masing daerah tumbuh. Faktor pertumbuhan putri malu yaitu lingkungan dan iklim yang sesuai agar dapat tumbuh optimal, tanaman ini memiliki kecocokan tumbuh dengan iklim tropis termasuk di negara Indonesia. Putri malu juga memiliki karakter tumbuh merambat kadang juga menyerupai semak. Tanaman putri malu memiliki susunan komponen susunan organ yang lengkap, terdiri dari daun majemuk yang memiliki respon apabila mendapat rangsangan sentuhan. Batang kecil tidak berkambium yang terdapat serabut-serabut halus juga duri yang tidak banyak. Akar yang berbentuk tunggang. Bunga berbentuk bulat tersusun atas 4 lobus dengan jumlah benang sari 4 serta memiliki ovula dengan jumlah yang banyak. Buah yang bersegmen kecil, kering, dan sederhana (Abirami et al ,2014 ).
Taksonomi Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica Linn)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica, Linn
(Syahid, 2009)
Morfologi Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica Linn):
Daun
Tanaman putri malu (Mimosa Pudica Linn) memiliki daun majemuk berganda dua, jumlah anak daun setiap sirip terdiri dari 5-26 pasang. Anak daun memiliki bentuk memanjang dan lancet serta memiliki ujung runcing dan membulat pada pangkal daunnya. Tepi daun rata dan permukaan atas maupun bawahnya licin dengan panjang daun 6-16 mm, dan lebar 1-3 mm. Umumnya daun putri malu berwarna hijau dengan bagian tepi memiliki warna ungu. Ciri khas dari daun tanaman putri malu (Mimosa Pudica Linn) adalah respon melipat daun apabila mendapat rangsangan sentuh (Haq, 2009).
Batang
Batang tanaman ini memiliki bentuk khas silindris dengan diameter batang mencapai 2,5 cm. Selain itu pada batang memiliki duri yang jarang. Batang tanaman ini memiliki bulu lembut berlekuk dengan pola longitudinal dengan permukaan eksternal berwarna coklat muda dan permukaan internal berwarna abu-abu. Batang ini juga memiliki kulit yang mudah dipisahkan dari kayunya (Haq, 2009).
Akar
Akar tanaman ini berbentuk silindris dengan percabangan sekunder dan tersier. Panjang dari akar bervariasi hingga mencapai ukuran 2 cm. Akar tanaman ini memiliki permukaan yang kasar atau keriput dengan pola yang membujur dengan warna coklat keabu-abuan hingga coklat dominan. Strukturnya keras dan berbentuk kayu dengan kandungan zat bau yang sedikit (Haq, 2009)
Bunga
Bunga berwarna merah muda dengan bentuk bundar, berduri gagah, kelopaknya kecil dan memiliki daun mahkota berwarna merah muda. Bunga pada tanaman ini tersusun atas 4 lobus dengan jumlah benang sari 4 serta memiliki ovula dengan jumlah yang banyak. Bunga tanaman putri malu (Mimosa Pudica Linn) tumbuh di sela tangkai daun, berbentuk bulat, dan berwarna merah muda (Joseph et al., 2013).
Buah
Buah berbentuk lomentum, sederhana, kering, dengan panjang 1-1,6 cm, lebar 0,4-0,5 cm dengan segmen yang tidak diindeks dan jahitan yang persisten memiliki dua hingga lima biji dengan bulu kekuningan yang menyebar (Joseph et al., 2013).
Tanaman putri malu (Mimosa Pudica Linn) jika disentuh akan memberikan respon. Seperti halnya ketika kita menyentuh pada bagian ujung anak daun, maka ujung anak daun tersebut akan menguncup yang semula mengembang atau mekar. Begitu pula pada bagian batang yang disentuh, maka daun pada batang akan menguncup terlebih dahulu diikuti dengan batang yang melemah dan jatuh ketika disentuh. Namun, pada bagian-bagian yang disentuh ini akan kembali membuka daun atau batang akan kembali berdiri tegak dalam waktu yang relatif sedang. Sentuhan yang diberikan pada tanaman ini disebut gerak nasti (Fauziah: 2012). Sumber rangsangan gerak nasti dapat berupa sentuhan, suhu, cahaya, dan kelembaban. Berdasarkan jenis sumber rangsangan, gerak nasti dibedakan menjadi termonasti, seismonasti, niktinasi, dan nasti kompleks (Handayani & Evita, 2018: 62).
Menurut Fauziah (2012: 54) gerak nasti adalah gerak tumbuhan yang arah geraknya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi dipengaruhi oleh tanaman itu sendiri, misalnya karena tekanan turgor. Tekanan turgor adalah tekanan yang mendorong membran sel terhadap dinding sel pada tumbuhan., bakteri, dan fungi serta pada sel protista yang tidak memiliki sel dinding. Tekanan ini menyebabkan turgiditas sel dan disebabkan oleh timbulnya aliran osmosis air dari bagian dengan konsentrasi terlarut lebih tinggi. Sel tumbuhan mengandalkan tekanan ini untuk mempertahankan bentuknya. Sebaliknya fenomena ini tidak ditemukan pada hewan yang tidak memiliki dinding sel dan harus selalu memompa air keluar atau berada dalam larutan isotonik yang tidak memiliki tekanan osmosis. Sentuhan pada putri malu dapat menyebabkan daun mengatup dan tangkainya merebah yang kita sebut dengan tigmonasti atau seismonasti. Tigmonasti adalah gerak yang disebabkan oleh rangsangan sentuhan atau getaran, seperti menutupnya daun putri malu jika disentuh. Jika hanya satu anak daun yang disentuh maka rangsangan akan diteruskan sehingga daun lainnya pada satu tangkai akan ikut menutup. Respon yang diterima putri malu terhadap rangsangan terjadi sangat cepat hanya dalam hitungan 0,1 detik. Setelah rangsangan diberikan penyebaran pada bagian lainnya terjadi sekitar 0,4 sampai 0,5 detik keseluruhan tubuh putri malu. Untuk kembali pada bentuk semula yaitu bentuk daun yang menguncup menjadi kembang kembali memerlukan waktu 7,37 detik sampai 9,0 detik. Namun, keadaan pengembalian kondisi putri malu setelah diberikan rangsangan mengalami banyak perbedaan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya:
Besar kecilnya rangsangan yang diberikan
Pengaruh udara atau hembusan angin
Pengaruh lokasi terbuka atau tertutup cahaya matahari dan sebagainya
Krokot
Menurut Dalimartha (2009) tanaman krokot ini memiliki klasifikasi sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta,
Sub divisi : Angiospermae,
Bangsa : Caryophyllales,
Suku : Portulacaceae,
Marga : Portulaca,
Jenis : Portulaca oleracea L
Tanaman krokot (Portulaca oleracea L.) adalah tanaman yang tumbuh liar di lapangan dan dapat tumbuh di daerah yang berpasir atau pun tanah liat. Pada umumnya tanaman ini termasuk salah satu gulma pada budidaya tanaman terutama pada tanaman semusim (Dalimartha, 2009).
Tanaman krokot (Portulaca oleracea L.) merupakan salah satu jenis tanaman liar yang tumbuh subur dimanapun utamanya di daerah berpasir dan tanah liat seperti di Sumenep. Tanaman ini dapat dikonsumsi dan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman ini. Ciri khas krokot yaitu memiliki batang berbentuk bulat berwarna coklat keunguan, berdaun tunggal, tumbuh tegak, batang dan daun tebal berdaging berbentuk bulat telur dengan warna permukaan atau daun berwarna hijau tua dan permukaan bagian bawahnya berwarna merah tua, bagian ujung daun berbentuk bulat melekuk ke dalam dengan tangkai yang pendek (Yuniastri, 2020 : 284).
Krokot (Portulaca oleracea) merupakan tanaman herba tahunan yang dapat hidup abadi di tanah tropis, memiliki ciri-ciri batangnya berwarna hijau keunguan berdaging dan daun berdaging dengan bentuk ujung daun yang tumpul. Bunga tumbuh pada ujung batang secara berkelompok dan berwarna kuning. Bijinya berukuran kecil hampir satu milimeter atau kurang yang memiliki permukaan berbutir, berwarna coklat kemerahan bila bentuk belum matang dan menjadi hitam saat telah matang (Syed, & Fatima, 2016). Krokot memiliki banyak varietas, tiga diantaranya adalah (a) varietas krokot dengan bunga berwarna putih, kelopak tunggal berlapis, bentuk daun wedge (seperti segitiga terbalik dengan bentuk daun yang meruncing melekat pada batang) dan batang berwarna hijau, (b) krokot dengan bunga berwarna kuning tunggal, kelopak tunggal berlapis, bentuk daun paddle (seperti dayung), dengan batang berwarna merah, (c) krokot dengan bunga berwarna merah-orange, kelopak tunggal berlapis, bentuk daun wedge dan batang berwarna merah (Lim & Quah, 2007).
Tanaman krokot memiliki batang membulat berdiameter 0.5-1 cm, berwarna merah-merah keunguan, bercabang-cabang, dan tumbuh merambat hingga 20- 50 cm. Daun berbentuk bulat oval dengan ujung tumpul, berwarna hijau kemerahan di pinggirnya, dengan panjang 1-3 cm. Daun tidak bertangkai, tetapi langsung melekat di batang atau cabang. Bunga majemuk terletak diujung cabang ditopang kelopak bunga warna hijau. Helai bunga tersusun melingkar, berwarna kuning. Susunanya mirip kerabatnya, sutra bombai, tetapi lebih kecil, hanya 1 cm. Bunga muncul di ujung cabang. Mahkota bunga krokot berbentuk jantung, memiliki 3-5 kepala putik berwarna putih dan kuning. Buah krokot berbentuk kotak, berwarna hujan, dan menghasilkan banyak biji. Biji bulat kecil mengkilap berwarna hitam. Sistem perakaran bercabang-cabang dan memanjang, dapat menembus ke dalam tanah. Karena itulah pertumbuhan cukup kuat, termasuk pada musim kemarau (Ismawan, 2013).
Portulaca grandiflora atau biasa dikenal dengan primrose, bunga pukul Sembilan merupakan salah satu spesies tumbuhan dari famili Portulacaceae. Krokot sering disebut gulma, tetapi dianggap gulma karena cepat tumbuh, tetapi krokot memiliki bentuk dan warna bunga yang sangat menarik dan sangat mungkin tumbuh seperti tanaman. lanskap tropis. Reproduksi adalah usia berbunga tanaman krokot adalah 8 jam. Sebelum terjadi proses pembuahan bunga sudah layu sehingga sulit untuk terbentuk biji (Octavia, 2021).
Gerak nasti adalah gerak tumbuhan yang arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri, misalnya karena perubahan tekanan turgor (Harahap, F., 2012). Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan. namun arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Kata nasti berasal dari bahasa Yunani, yaitu nastos yang berarti dipaksa mendekat. Oleh karena itu, arah gerak dari bagian tubuh tumbuhan yang melakukan gerak nasti ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri (Wiraatmaja, 2017 : 20).
Fotonasti adalah gerak nasti pada tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan cahaya matahari. Misalnya: Bunga pukul sembilan yang mekar sekitar pukul sembilan. Dan Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) yang akan mekar pada sore hari dan menutup esok paginya (Wiraatmaja, 2017 : 20). Fotonasti adalah gerak nasti pada tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan cahaya matahari. Misalnya bunga pukul sembilan yang mekar sekitar pukul sembilan serta bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) yang akan mekar pada sore hari dan menutup esok paginya (Widiastuti, 2002:243).
Petai Cina
Petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan sejenis tanaman perdu dari suku Fabaceae (polong-polongan) yang sering dimanfaatkan dalam penghijauan. Nama ilmiah petai cina yaitu leucocephala (berkepala putih) berasal dari kata leu artinya putih dan cephala artinya kepala, disebut demikian karena bongkol- bongkol bunganya yang berwarna keputihan (Nasution, dkk, 2011:2).
Menurut Nasution, dkk (2011:3), berdasarkan taksonominya petai cina (Leucaena leucocephala) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala
Morfologi Petai Cina (Leucaena leucocephala) :
Batang
Aspan & Sherley (2008:52) mengemukakan bahwa petai cina (Leucaena leucocephala) memiliki batang berkayu, berwarna hijau kecoklatan, dan bercabang.
Daun
Daun petai cina (Leucaena leucocephala) yaitu berwarna hijau, daunnya majemuk dan menyirip, anak daunnya bulat lonjong, pinggir daunnya rata, ujung daunnya runcing, dan pangkal daunnya tumpul (Mangoting dkk, 2006: 74).
Bunga
Bunga petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan bunga bongkol (membulat), majemuk menyerupai cawan tetapi tanpa daun pembalut, berwarna putih, mampu menyerbuk sendiri, dan berbentuk bola (Purwanto, 2007:84).
Buah
Buah petai cina (Leucaena leucocephala) berbentuk pita lurus, pipih dan tipis, dengan sekat-sekat di antara biji, berwarna hijau dan akhirnya berwarna coklat kering ketika masak, dan melepas sepanjang kampuhnya. Buah petai cina (Leucaena leucocephala) berisi 15-30 biji yang terletak melintang dalam polongan, dan berbentuk bundar telur terbalik (Nasution, dkk, 2011:7).
Gerak niktinasti (Nyctos = malam) merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur. Contohnya, pada malam hari daun-daun tumbuhan. Leguminosae (polong-polongan), seperti bunga merak (Caesalpenia pulcherrima) dan daun kupu kupu (Bauhinia purpurea), akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit (Dewi, 2021: 100).
Menurut Fauziah (2012: 54-55), gerak niktinasti disebabkan karena adanya perpindahan ion kalium dari bagian atas ke bagian bawah pulvinus dan sebaliknya. Perpindahan ion kalium telah menyebabkan perubahan potensial osmotik yang besar pada sel-sel motor yang mengakibatkan daun bergerak ke atas atau ke bawah, diduga auksin terlibat dalam kegiatan ini. IAA yang diproduksi pada siang hari terutama diangkut ke bagian bawah petiole. Ion kalium akan bergerak ke arah dimana memiliki kandungan IAA lebih tinggi, air masuk ke bagian bawah pulvinus dan daun bangun. Angkutan auksin berkurang pada malam hari, terjadi reaksi sebaliknya.Auksin yang diberikan ke bagian atas atau bagian bawah pulvinus akan menyebabkan tidur dan bangunnya daun secara berturut-turut.
Bunga Telang
Kembang telang adalah tumbuhan tropika dataran rendah yang hidup di daerah lembab tetapi toleran terhadap musim kering di daerah tropika dengan curah hujan 500 sampai 900 mm. Pertumbuhan kembang telang terbaik dibawah sinar matahari penuh. Rentang ketinggian antara 0-1600 mdpl dan suhu rata-rata tahunan 28°C. Kembang telang mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lahan yang luas dengan Ph 5,5 sampai 8,9 dan menyukai lahan subur (Setyo, 2002).
Menurut Cronquist (1981), susunan klasifikasi dari Clitoria ternatea L. (kembang telang) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Clitoria
Spesies : Clitoria ternatea L.
Tanaman bertipe bunga kupu-kupu ini oleh orang luar negeri dinamakan butterfly pea dan oleh orang Indonesia sering disebut dengan kembang telang. Tanaman kembang telang ini mudah diperbanyak, baik dari biji maupun stek pucuk. Varietas Clitoria ternatea yang ada diantaranya alba (berbunga putih), coerulea, major, flore, dan pleno yang berbunga biru dengan ukuran berbeda-beda. Tanaman yang dari muda sudah tumbuh cabang dengan baik ini memerlukan habitat dengan cahaya matahari penuh agar dapat berbunga sepanjang tahun. Kondisi lahan yang sedikit kering sangat disukai. Kembang telang memiliki sulur yang melilit di media tempatnya merambat. Karenanya, tanaman ini cocok dimanfaatkan sebagai tanaman penutup pagar, penghias pilar dan tanaman hias dalam pot (Lingga, 2005).
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi arah datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang, daun, kuncup bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi tropisme positif apabila gerak itu menuju sumber rangsang dan tropisme negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsang. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, tropisme dapat dibedakan lagi, salah satunya yaitu tigmotropisme. Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan satu sisi atau persinggungan disebut tigmotropisme. Gerakan ini tampak jelas pada gerak membelit ujung batang maupun ujung sulur. Contoh tanaman yang bersulur adalah ercis, bunga telang, anggur, markisa,semangka, dan mentimun (Anonim, 2008).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu : 09.20 - 11.00 WIB
Hari, Tanggal : Kamis, 17 November 2022
Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
Alat dan Bahan
Putri Malu
Krokot
Petai Cina
Telang
Alat Tulis
Handphone
Prosedur Percobaan
⇓
⇓
⇓
⇓
DATA HASIL
Tabel 1. Data hasil respons tumbuhan
PEMBAHASAN
Putri Malu
Berdasarkan tabel 1. Data hasil respons tumbuhan pada putri malu diperoleh bahwa putri malu mengalami gerak menguncup atau mengatupnya daun putri malu ketika diberi rangsangan berupa sentuhan. Gerak menguncupnya daun putri malu ini disebut sebagai gerak nasti. Menurut Fauziah (2012), tanaman putri malu (Mimosa Pudica Linn) apabila disentuh akan memberikan respon. Seperti halnya ketika menyentuh pada bagian ujung anak daun, maka ujung anak daun tersebut akan menguncup yang semula mengembang atau mekar. Begitu pula pada bagian batang yang disentuh, maka daun pada batang akan menguncup terlebih dahulu diikuti dengan batang yang melemah dan jatuh ketika disentuh. Namun, pada bagian-bagian yang disentuh ini akan kembali seperti semula dalam waktu yang relatif sedang. Sentuhan yang diberikan pada tanaman ini disebut gerak nasti.
Apabila ditinjau dari macam sumber rangsangan pada gerak nasti, maka gerak sentuhan pada daun putri malu merupakan gerak seismonasti. Gerak seismonasti adalah gerak nasti yang disebabkan oleh sentuhan atau tekanan. Menurut Handayani & Evita (2018: 62), sumber rangsangan gerak nasti dapat berupa sentuhan, suhu, cahaya, dan kelembaban. Berdasarkan jenis sumber rangsangan, gerak nasti dibedakan menjadi termonasti, seismonasti, niktinasi, dan nasti kompleks. Menurut Fauziah (2012: 54), sentuhan pada putri malu dapat menyebabkan daun mengatup dan tangkainya merebah yang kita sebut dengan tigmonasti atau seismonasti. Tigmonasti adalah gerak yang disebabkan oleh rangsangan sentuhan atau getaran, seperti menutupnya daun putri malu jika disentuh.
Krokot
Berdasarkan tabel data didapatkan pada pengamatan yang dilakukan oleh praktikan teramati bahwa bunga krokot akan mekar sekitar saat pagi hari sekitar pukul 11.30 – 12.00 WIB dan kembali kuncup pada sore hari pukul 16.00 – 16.30 WIB. Kondisi tersebut sangat bergantung pada keadaan cahaya yang ada atau intensitas cahaya pada tempat bunga krokot tersebut. Mekar dan kuncupnya bunga krokot terjadi karena pada pagi hari menuju siang intensitas cahaya akan naik secara perlahan bergantung pada jumlah cahaya yang ada. Sedangkan pada kondisi dimana intensitas cahaya pada sore hari akan terus menurun karenanya kondisi dari bunga krokot akan semakin kuncup. Hal ini membuktikan adanya gerakan yang muncul akibat respons dari stimulan berupa cahaya matahari.
Dari hasil pengamatan terhadap bunga krokot (Portulaca oleracea) diperoleh bahwa tanaman tersebut memiliki gerakan respons rangsangan terhadap cahaya ditunjukkan dengan mekar dan kuncupnya bunga yakni mekar pada siang hari dan kuncup pada sore hari. Pada sore hari, intensitas cahaya semakin turun dan pada pagi menuju siang intensitas cahaya semakin naik. Gerakan tumbuhan krokot tergolong gerakan nasti yakni gerakan yang tidak bergantung terhadap arah datangnya cahaya melainkan berupa perubahan tekanan turgor yakni kadar air dalam tumbuhan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wiraatmaja (2017 : 20), bahwa fotonasti adalah gerak nasti pada tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan cahaya matahari. Misalnya: Bunga pukul sembilan yang mekar sekitar pukul sembilan. Gerakan respons tersebut berupa gerakan dari bunga krokot berupa mekar dan menguncupnya bunga ini. Pada saat mekar kondisi bunga akan membuka kelopaknya, kemudian pada saat kondisi kuncup akan mengkerut dan menutup.
Petai Cina
Berdasarkan hasil observasi pada petai cina dapat diketahui bahwa daun petai cina akan menutup saat matahari mulai terbenam yaitu sekitar pukul 17.46 WIB. Hal ini menandakan tumbuhan petai cina memiliki respon terhadap cahaya matahari di mana ketika matahari mulai terbenam, menandakan intensitas cahaya yang berasal dari matahari semakin menurun maka daun akan menutup. Respon daun petai cina ini merupakan gerak niktinasti. Gerak niktinasti (Nyctos = malam) merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut juga gerak tidur. Contohnya,pada malam hari daun-daun tumbuhan. Leguminosae (polong-polongan), seperti bunga merak (Caesalpenia pulcherrima) dan daun kupu kupu (Bauhinia purpurea), akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari terbit (Dewi, 2021: 100).
Lebih lanjut mengenai penyebab gerak niktinasi pada tumbuhan, menurut Fauziah (2012: 54-55), gerak niktinasti disebabkan karena adanya perpindahan ion kalium dari bagian atas ke bagian bawah pulvinus dan sebaliknya. Perpindahan ion kalium telah menyebabkan perubahan potensial osmotik yang besar pada sel-sel motor yang mengakibatkan daun bergerak ke atas atau ke bawah, diduga auksin terlibat dalam kegiatan ini. IAA yang diproduksi pada siang hari terutama diangkut ke bagian bawah petiol. Ion kalium akan bergerak ke arah dimana memiliki kandungan IAA lebih tinggi, air masuk ke bagian bawah pulvinus dan daun bangun. Angkutan auksin berkurang pada malam hari, terjadi reaksi sebaliknya.Auksin yang diberikan ke bagian atas atau bagian bawah pulvinus akan menyebabkan tidur dan bangunnya daun secara berturut-turut.
Bunga Telang
Berdasarkan praktikum, praktikan mengamati rangsang yang terjadi pada bunga telang. Tanaman bunga telang ini merupakan tumbuhan tropika dataran rendah yang hidup di daerah lembab. Bunga telang ini berwarna biru dengan ukuran yang berbeda-beda. Adapun klasifikasi tumbuhan bunga telang (Clitoria ternatea L.) menurut Cronquist (1982) yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Clitoria
Spesies : Clitoria ternatea L.
Bunga telang juga memiliki sulur yang merambat. Menurut Lingga (2005), kembang telang memiliki sulur yang melilit di media tempatnya merambat. Karenanya, tanaman ini cocok dimanfaatkan sebagai tanaman penutup pagar, penghias pilar dan tanaman hias dalam pot. Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga telang, dapat diketahui bahwa sulur pada bunga telang membelit pada ranting atau kayu tempat tumbuhnya atau pada benda padat di sekitarnya. Hal ini dikarenakan terjadi kontak fisik sulur dengan benda padat tersebut. Kontak tersebut membuat lengkungan pada sulur. Sel yang bersentuhan dengan benda padat akan lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan yang tidak terkena benda padat sehingga pertumbuhannya melengkung melilit benda padat tersebut. Kondisi melilitnya sulur pada benda padat ini dinamakan dengan tigmotropisme. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi arah datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang, daun, kuncup bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi tropisme positif apabila gerak itu menuju sumber rangsang dan tropisme negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsang. Ditinjau dari macam sumber rangsangannya, tropisme dapat dibedakan lagi, salah satunya yaitu tigmotropisme. Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan satu sisi atau persinggungan disebut tigmotropisme. Gerakan ini tampak jelas pada gerak membelit ujung batang maupun ujung sulur. Contoh tanaman yang bersulur adalah ercis, bunga telang, anggur, markisa,semangka, dan mentimun (Anonim, 2008).
KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan sumber rangsangannya gerak pada tumbuhan terbagi menjadi dua yaitu gerak esionom dan gerak endonom (otonom atau spontan). Pada gerak esionom terbagi menjadi tiga yaitu gerak tropisme (pada gerak tropisme terdapat gerak fototropisme, geotropisme, hidrotropisme, tigmotropisme, dan kemotropisme), kemudian ada gerak taksis (gerak taksis terbagi jadi dua yaitu gerak fototaksis dan gerak kemotaksis), kemudian pada gerak nasti (pada gerak ini terdapat gerak seismonasti, gerak niktinasti, gerak fotonasti, gerak termonasti, gerak haptonasti, dan gerak nasti kompleks).
Respon tumbuhan putri malu, krokot, petai cina, telang terhadap sentuhan, cahaya matahari, dan benda padat (gerak tropisme) adalah sebagai berikut :
Pada putri malu (Mimosa pudica) hanya memiliki respon terhadap sentuhan, di mana ketika daun putri malu terkena sentuhan maka daun akan menguncup atau mengatup. Gerak menguncupnya putri malu ini disebut sebagai gerak nasti.
Pada krokot (Portulaca) respon yang tampak adalah pada rangsangan cahaya, hal ini ditunjukkan dengan mekar dan kuncupnya bunga yakni mekar pada siang hari dan kuncup pada sore hari. Pada sore hari, intensitas cahaya semakin turun dan pada pagi menuju siang intensitas cahaya semakin naik.
Pada petai cina (Leucaena leucocephala) menunjukan respon terhadap rangsangan cahaya. Hal ini ditunjukkan dengan saat matahari mulai terbenam yang menandakan intensitas cahaya yang berasal dari matahari semakin menurun maka daun akan menutup. Respon daun petai cina ini merupakan gerak niktinasti. Gerak niktinasti (Nyctos = malam) merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap.
Pada telang (Clitoria ternatea) menunjukkan respon pada rangsangan benda padat. Hal ini dapat dilihat bahwa sulur pada bunga telang membelit pada ranting atau kayu tempat tumbuhnya atau pada benda padat di sekitarnya. Hal ini dikarenakan terjadi kontak fisik sulur dengan benda padat tersebut. Kontak tersebut membuat lengkungan pada sulur. Sel yang bersentuhan dengan benda padat akan lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan yang tidak terkena benda padat sehingga pertumbuhannya melengkung melilit benda padat tersebut. Kondisi melilitnya sulur pada benda padat ini dinamakan dengan tigmotropisme.
Klasifikasi tumbuhan berdasarkan respon dari masing-masing tumbuhan adalah krokot (Portulaca) dan petai cina (Leucaena leucocephala) dapat diklasifikasikan sebagai tumbuhan yang sama-sama memiliki respon terhadap cahaya matahari. Sedangkan putri malu (Mimosa pudica) dan telang (Clitoria ternatea) tidak dapat diklasifikasikan karena memiliki respon yang berbeda terhadap rangsangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abirami, S. K. G., Mani, K. S., Devi, M. N., & Devi, P. N. (2014). The antimicrobial activity of mimosa pudica l. International Journal of Ayurveda and Pharma Research, 2(1), 105-108. Diunduh dari https://ijapr.in/index.php/ijapr/article/view/289, pada tanggal 17 November 2022.
Anonim. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka
Aspan, R., & Sherley. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Dalimartha, Setiawan. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Jilid 6. Jakarta: PT Pustaka Bunda.
Desiani, A., Firdaus, dan S. I. Maiyanti. (2016). A Reasoning Technique for Taxonomy Expert System of Living Organisms. Prosiding Annual Research Seminar 2(1): 272-276. Diunduh dari https://media.neliti.com, pada 10 November 2022.
Dewi, Nur. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Generatif Melalui Media Audio Visual Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan Di SMPN 2 Darul Makmur Nagan Raya. Skripsi. Nanda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Ferdinand, Fiktor. (2003). Praktis Belajar Biologi. Yogyakarta: Grafindo.
Haq, A. S. (2009). Pengaruh Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica Linn.) terhadap Efek Sedasi Mencit Balb / C. Semarang: Universitas Diponegoro.
Handayani, H. B., & Evita. (2018). Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Profesional Sel, Jaringan, dan Organ. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Harahap, Fauziah. (2012). Fisiologi Tumbuhan. Medan: Unimed Press.
Ismawan, B. (2013). 100 plus Herbal Indonesia Vol 11. Jakarta : Trubus Info Kit.
Joseph, B., Jency G., & Jeevitha M. (2013). Pharmacology and Traditional Uses of Mimosa pudica. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug Research 5(2): 41-44. Diunduh dari https://ijpsdr.com/index.php/ijpsdr/article/view/239, pada tanggal 17 November 2022.
Kadaryanto. (2000). Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan. Jakarta: Yudhistira Ghalia
Lim, Y, Y and Quah, E, P, L. (2007). Antioxidant Properties Of Different Cultivars Of Portulaca oleracea. Food Chemistry 103(1) : 734–740. Diunduh dari https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/, pada tanggal 19 November 2022.
Lingga, P. (2005). Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mangoting, D., Imang, I., & Said, A. (2006). Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nasution, S.N., Hindrawati, S., & Natalia, H. (2011). Keunggulan Lamtoro sebagai Pakan Ternak. Sumatera Selatan: BPTU Sembawa.
Octavia, D. (2021). Studi Morfologi Pertumbuhan dan Gerak Fotonasti pada Bunga Mirabilis jalapa dan Portulaca grandiflora serta Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi di SMP. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Purwanto, I. (2007). Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta: Kanisius.
Syahid, M.A.N. (2009). Pengaruh Ekstrak Putri Malu (Mimosa pudica, linn.) Terhadap Mortalitas Ascaris suum, goeze in vitro. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Syed, S and Fatima, N. (2016). Portulaca Oleracea L.: A Mini Review On Phytochemistry And Pharmacology. International Journal of Biology and Biotechnology, 13(4) : 637-641.
Widiastuti, Tri. (2002). Tumbuhan Sekitar. Jakarta: Gadjah Mada University Press.
Wiraatmaja, I. W. (2017). Gerak pada Tumbuhan. Diakses dari https://simdos.unud.ac.id/ pada 17 November 2022 pukul 08.41 WIB.
Yuniastri, R., Hanafi, I., & Sumitro. E. A. (2020). Potensi Antioksidan pada Krokot (Portulaca oleracea) Sebagai Pangan Fungsional. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 8(3) : 284. Diakses dari https://jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/download/595/499, pada 17 November 2022.
LAMPIRAN